Provinsi Aceh dikenal sabagai salah satu provinsi pusat penghasil kopi dan kakao di Indonesia. Barangkali tidak ada yang tidak kenal kopi Aceh dengan berbagai merek dagang. Belum sah rasanya datang ke Aceh bila belum “ngopi”. Di Provinsi Aceh, demikian pesat perkembangan warung kopi kurun waktu 10-15 tahun terakhir. Julukan provinsi 1000 warung kopi melekat kental dengan Provinsi Aceh, demikian banyak dan rapatnya lokasi warung kopi di Aceh. Semua itu merupakan kopi produksi Aceh sendiri, dengan berbagai jenis. Di awali dengan kopi jenis Robusta dan kini berkembang dengan kopi jenis Arabika. Konsumen sangat tahu bahwa kopi Arabika yang sudah dikenal di manca negara adalah produksi Aceh, secara khusus produksi dataran tinggi Gayo. Di Dataran Tinggi Gayo sendiri, dikenal jargon, ada kopi ada cerita, tidak ada kopi tidak ada cerita, begitulah kentalnya kehidupan masyarakat Dataran Tinggi Gayo dengan kopi.
Kopi yang berkembang di kalangan petani di Aceh adalah kopi Robusta dan Kopi Arabika. Luas kopi Robusta di Provinsi Aceh tercatat sebesar 21.404 ha, dengan produksi 5.519 ton per tahun, produktivitas 494 kg per hektar per tahun, yang dikelola oleh 26.477 KK petani. Kopi Robusta tersebar di beberapa kabupaten, diantaranya Aceh Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Ace Tenggara, sebagain Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Luas kopi Arabika di Provinsi Aceh tercatat sebesar 99.822 ha, dengan produksi 41.309 ton per tahun, produktivitas 713 kg per hektar per tahun, yang dikelola sekitar 76.874 KK petani. Kopi Arabika in tersebut di dataran tinggi Gayo, yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan sedikit di Kabupaten Pidie. Kopi Arabika Gayo merupakan salah satu jenis kopi yang paling diminati oleh para pecinta kopi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Kopi Arabika Gayo terdiri dari beberapa varietas, baik introduksi maupun varietas yang tercipta secara alami di dataran Tinggi Gayo, diantara varietas tersebut adalah Gayo 1, Gayo 2, P88, S 795, Ateng Super, dll. Kopi Arabika Gayo ini, sudah dikenal secara nasional maupun Internasional. Kopi Arabika ini diproduksi dari lokasi/tempat yang spesifik, dikelola secara organik, ramah lingkungan/ berkelanjutan, kearifan lokal, dan pengelolaan secara lokal Gayo. Oleh karena iti, kopi ini sangat populer dengan nama Kopi Gayo, yang dihasilkan dari wilayah Indikasi Geografis (IG) Gayo.
Selain dari kedua jenis kopi tersebut, Provinsi Aceh juga dienal sebagai provinsi penghasil kakao, baik biji, tepung (powder), maupun coklat siap saji/ konsumsi. Luas kakao Aceh adalah 102.034 ha dengan total produksi 34.795 ton per tahun. Kakao ini tersebar di seluruh kabupaten di Aceh, tetapi yang terluas adalah di Kabupaten Aceh Tenggara, Pidie Jaya, Pidie, dan Aceh Utara. Oleh karena itu Universitas Syiah Kuala mendirikan Pusat Riset terkait dengan pengembangan kopi dan kakao di Aceh.
Pusat Riset Kopi dan Kakao Aceh, Universitas Syiah Kuala didirikan pada tahun 2018, sesuai SK Rektor Universitas Syiah Kuala, No. 1251/UN11/KPT/2018, tanggal 22 Mei 2018 tentang Pembentukan Pusat dan Pusat Riset pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Revisi SK Rektor Universitas Syiah Kuala, No. 2647/UN11/KPT/2018, tanggal 20 Desember 2018 tentang Pembentukan Pusat dan Pusat Riset pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Penggagas Pusat Riset Kopi dan Kakao Aceh ini adalah Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, MS., Dr. Ir. Yusa’ Abubakar, M.Sc., Dr. Ir. Ashabul Anhar, M.Sc., dan Prof. Dr. Ir. Hasanudddin, MS.
Pusat Riset Kopi dan Kakao Aceh ini baru berdiri pada tahun 2018. Pusat Riset Kopi dan Kakao Aceh, bernaung di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), Universitas Syiah Kuala. Universitas Syiah Kuala mempunyai Kebun Percobaan, University Farm yang terletak di Desa Tunyang, Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah, yang diusahakan tanaman kopi Arabika. Di kebun percobaan Bener Meriah, memilik fasilitas kantor, mess, ruang kerja, kebun percobaan seluas sekitar 30 ha, sekitar 5 ha diantaranya telah ditanami kopi, alpukat, jeruk, dll.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Riset Kopi dan Kako Aceh, sebagian besar dibiayai dari peneltian Kopi dan Kakao dari berbagai sumber pendanaan, kerjasama penelitian dan pembangunan dengan instansi pemerintahan dan swasta yang bergerak di bidang perkopian dan perkakakoan.
Sehubungan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan Pusat Riset Kopi dan Kakao Aceh, pusat riset memanfaatkan berbagai laboratorium :
1. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi, Fakultas Pertanian, Unsyiah.
2. Laboratorium Peneitian Tanah dan Tanaman, Fakultas Pertanian, Unsyiah
3. Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Unsyiah.
4. Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Unsyiah.
5. Laboratorium Biologi Tanah, Fakultas Pertanian, Unsyiah.
6. Laboratorium Ilmu Pangan Pangan, Fakultas Pertanian, Unsyiah.
7. Laboratorum Terpadu Universitas Syiah Kuala.
Pusat Riset Kopi dan Kakao Aceh ini didirikan dengan tujuan sebagai sarana untuk pengembangan ilmu dalam bidang perkopian dan perkakaoan. Selain itu Pusat Riset Kopi dan Kakao Aceh ini dapat dijadikan sebagai tempat penelitian bagi staf pengajar dan mahasiswa ataupun tempat pelatihan bagi staf instansi pemerintahan. Pusat Riset Kopi dan Kakao Aceh juga berfungsi sebagai penyedia-an jasa dalam bidang penelitian dan pengembangan kopi dana kakao Aceh.